BAHASA SEMUT

BAHASA SEMUT

Dengan berbagai metode komunikasi, semut dapat dibandingkan dengan manusia yang dapat berbicara beberapa bahasa asing. Mereka mampu berkomunikasi dengan bahasa tiga hingga empat yang berbeda  antara mereka sendiri dan mereka mampu menjalani kehidupan mereka dengan cara yang sangat rumit.
Mereka mampu hidup dengan koloninya dengan populasi ratusan ribu atau terkadang jutaan, dan bertahan sepanjang hidup mereka tanpa menimbulkan kebingungan apapun.
Namun sistem komunikasi yang telah dijelaskan sejauh ini hanya salah satu fitur ajaib dari dunia hewan. Ketika kita menganalisis manusia maupun juga semua makhluk hidup lainnya (dari yang bersel tunggal hingga ke yang multi-sel) kita dapat menemukan karakteristik yang berbeda satu sama lain, dengan masing-masing sebagai individu yang terpisah dan keajaiban dengan tempatnya dalam urutan ekologis.
Untuk mata yang dapat melihat semua mukjizat yang diciptakan di sekelilingnya, dan hati yang dapat merasa, maka akan cukup untuk melihat sistem komunikasi luar biasa yang dimiliki semut dan hal itu untuk menghargai kekuatan tak terbatas, pengetahuan dan hikmat Allah yang merupakan Pemilik Tunggal dan Penguasa semua makhluk hidup. Dalam Al Qur’an, Allah merujuk kepada orang-orang yang tidak memiliki kemampuan ini dan yang mungkin tidak dapat menghargai-Nya:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj 46)
Komunikasi dalam masyarakat
Dalam Al-Qur’an persediaan terdapat informasi menarik saat membicarakan tentara Nabi Sulaiman dan menyebutkan bahwa ada suatu “sistem komunikasi canggih” di antara semut. Ayat ini adalah sebagai berikut:
حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِي النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“ Hingga apabila mereka sampai di lembah semut seekor semut berkata: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari” (Al-Naml 18)
Penelitian ilmiah yang dilakukan terhadap semut pada abad ini telah menunjukkan bahwa ada jaringan komunikasi yang luar biasa di antara makhluk-makhluk ini. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di majalah National Geographic, dijelaskan bahwa baik semut maupun dan kecil,  di kepalanya ia membawa beberapa alat indera untuk menangkap sinyal kimia dan visual penting untuk disampaikan kepada koloni yang mungkin berisi satu juta atau lebih pekerja, yang semuanya adalah betina. Otak semut mengandung setengah juta sel saraf; matanya terdiri dari sejumlah elemen; antenanya bertindak sebagai hidung dan ujung jari. Proyeksi di bawah mulut berfungsi  sebagai perasa; bulu berfungsi untuk merespon sentuhan.
Selain itu, sisi mukjizat lain dari semut adalah bahwa serangga kecil ini memiliki metode komunikasi yang luar biasa berdasarkan organ sensor yang sangat sensitif. Mereka menggunakan organ sensor ini setiap saat dalam kehidupan mereka, dari menemukan mangsa mereka hingga mengikuti satu sama lain, dari membangun sarang mereka hingga berperang. Mereka memiliki sistem komunikasi yang menakjubkan kita sebagai manusia yang memiliki intelektualitas. Serangga kecil ini memiliki 500.000 sel saraf yang dikemas sedemikian rupa hingga cukup ditempatkan dalam tubuh mereka yang hanya berukuran 2 atau 3 milimeter. Apa yang kita harus diingat di sini adalah bahwa setengah juta dari sel-sel saraf dan sistem komunikasi yang kompleks yang disebutkan di atas dimiliki oleh serangga yang ukurannya hampir sepersejuta manusia.
Dalam penelitian yang dilakukan pada makhluk sosial seperti semut, lebah dan rayap, yang tinggal di koloni, respon hewan-hewan ini dalam proses komunikasi terdaftar di bawah beberapa kategori utama: Alarm, rekrutmen, penampilan diri, , pertukaran cairan oral dan anal, efek kelompok, pengakuan, penentuan kasta …
Semut, yang merupakan struktur sosial yang tertib dengan berbagai respon ini, menjalani hidup berdasarkan pertukaran berita timbal balik dan mereka tidak memiliki kesulitan dalam mencapai korespondensi ini. Lebih dari itu, dapat dikatakan bahwa semut, dengan sistem komunikasi yang mengesankan ini, adalah seratus persen berhasil menghadapi persoalan yang manusia terkadang tidak bisa menyelesaikannya atau menyetujuinya lewat pembicaraan (misalnya bertemu, berbagi, membersihkan atau mempertahanan sesuatu, dll).
Peran Sentuhan dalam Komunikasi Kimia
Komunikasi yang dilakukan oleh semut dengan bersentuhan satu sama lain dengan antena dalam memelihara organisasi intra-koloni membuktikan bahwa mereka menggunakan bahasa “antena” dalam arti yang sepenuhnya.
Sinyal antena yang dibuat oleh semut melalui sentuhan digunakan untuk berbagai tujuan seperti dimulainya makan malam, undangan dan pertemuan sosial dimana rekan-rekan satu sarang mengenal satu sama lain. Misalnya, dalam satu jenis spesies semut pekerja yang hidup di Afrika, para semut pekerja yang  pertama kali disentuh oleh antena ketika mereka bertemu satu sama lain. Di sini, “berjabat antena” berarti hanya memberi hormat dan undangan untuk menuju sarang.
Perilaku undangan ini bahkan lebih mencolok dalam spesies semut tertentu (Hypoponera) Ketika sepasang pekerja bertemu berhadapan, semut yang mengundang memiringkan kepalanya ke samping 90 derajat dan menyentuhkan antenanya ke bagian atas dan bawah kepala rekan sesarangnya. Seringkali semut diminta merespon dengan menggunakan antena serupa.

Ketika semut menyentuh tubuh semut sesarang, tujuannya adalah bukan untuk memberikan mereka informasi tetapi untuk menerima informasi dengan mendeteksi bahan kimia yang mereka keluarkan. Seekor semut mengetuk tubuh rekan sesarangnya dengan ketukan sangat ringan dan cepat dengan antenanya. Ketika mendekati rekan sesarangnya, tujuannya di sini adalah untuk membawa sinyal-sinyal kimia sedekat mungkin ke semut lainnya. Hasilnya, para semut yang lain akan dapat mendeteksi dan mengikuti bau jejak temannya yang baru saja berlalu dan mencapai sumber makanan.
Contoh sentuhan yang paling mencolok yang dapat ditetapkan untuk komunikasi taktil adalah pertukaran makanan cair dari seekor semut ke saluran pencernaan semut lain. Dalam sebuah tes menarik yang dibuat dalam hal ini, berbagai bagian tubuh semut pekerja dari spesies Myrmica dan Formica dirangsang oleh rambut manusia dan berhasil memuntahkan makanan cair tersebut. Semut yang paling rentan adalah orang yang baru saja selesai makan dan sedang mencari rekan sesarangnya, yaitu semut yang akan dijadikan rekan berbagi makanan tersebut. Para peneliti mencatat bahwa beberapa serangga dan parasit menyadari taktik semacam ini dan mereka memperoleh makanan dengan mempraktikkan metode ini. Apa yang harus dilakukan serangga untuk menarik perhatian semut hanyalah dengan menyentuhkan antena ke tubuh semut dengan lembut dan dengan kaki depannya. Lalu semut yang disentuh akan berbagi makanan, bahkan jika makhluk yang disentuhnya itu berasal dari tipe yang berbeda.
Kemampuan semut untuk memahami apa yang diinginkan oleh semut lain melalui kontak antena yang berlangsung hanya sekejap mata itu menunjukkan bahwa semut dapat “berbicara” di antara mereka sendiri. Bagaimana “bahasa antena” ini yang digunakan antara semut dipelajari oleh semua semut adalah topik lain untuk dipikirkan. Apakah mereka menjalani pelatihan tentang hal ini? Untuk berbicara tentang adanya pelatihan seperti itu, kita juga harus bicara tentang adanya Zat Yang Mahakuasa yang menyediakan itu. Dialah yang mengajari seluruh semut bahasa untuk berkomunikasi sesama mereka.
Walhasil, semua contoh ini menunjukkan kepada kita bahwa semut adalah masyarakat makhluk hidup yang tunduk kepada kehendak Sang Pencipta dan yang bertindak berdasarkan ilham-Nya. Oleh karena itu, tidaklah benar jika kita menganggap mereka sebagai organisme yang sama sekali tidak memiliki kesadaran, karena mereka memiliki kesadaran yang mencerminkan kehendak Pencipta mereka. Sesungguhnya, Allah dalam Al-Qur’an mengajak kita mengkaji fakta menarik ini dan memberitahu kita bahwa semua makhluk hidup, pada kenyataannya, adalah sebuah komunitas di antara mereka sendiri, yaitu, mereka hidup di bawah perintah Ilahi dan sesuai dengan inspirasi yang bersumber dari Sang Pencipta.
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُم مَّا فَرَّطْنَا فِي الكِتَابِ مِن شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab , kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan” (Al-An`am 38)
Diterjemahkan dari “The Miracle in Ants”, 7 Juni 2009 oleh Saifullah Kamalie
http://quran-m.com/firas/en1/index.php?option=com_content&view=article&id=159:the-miracle-in-ants&catid=36:life-sciences&Itemid=92

Post a Comment

Previous Post Next Post